Assalamualaikum
Benarkah burung walit tidak berkaki cuma mempunyai kuku yang panjang? Benarkah mereka ini bergayut seperti kelawar?
Sebenarnya burung walit ini berkaki. Namun kakinya agak lembik untuk mereka berjalan di atas tanah. Mereka ini tidak boleh hinggap di atas permukaan yang besar dari kukunya. Seperti di talian elektrik di luar rumah kita. Jika anda lihat banyak burung layang-layang yang hinggap di luar rumah anda, maka itu bukanlah walit. Walit ini hanya akan hinggap di tempat yang membolehkannya untuk mencangkuk. Seperti di dalam rumah burung, papan yang kami pasang adalah dari jenis kayu meranti merah. Mereka selesa mencangkuk dan bersarang di dalamnya.
Jika kita memegang burung walit (anaknya yg baru belajar terbang) dan lepaskan ke tanah, burung ini masih boleh terbang semula dengan melonjakkan kakinya tadi. Teori yang mengatakan burung ini tidak boleh terkena tanah dan akan mati sama seperti kisah burung cenderawasih adalah kurang tepat.
Burung walit ini akan terbang selama berbelas jam dan selalunya akan masuk ke rumah burug apabila mahu melakukan terbangan survey pada sebelah siang atau pun tengahari. Rumahnya perlulah dibina dalamnya seperti gua. Saiz yang sesuai ialah pada kadar 20kaki x 60kaki (minima). Jika dibina kurang dari saiz tersebut berkemungkinan besar burung tidak akan tidur walaupun masuk.
Banyak lagi fakta yang perlu di perbetulkan. InsyaAllah sebarang soalan bolehlah emelkan ke mdmecten@gmail.com
Terima kasih
Zahirudin Salehuddin
Mutiara Hadis dan Al-Quran
Zaid bin Thabit melaporkan,
“Sesiapa menjadikan dunia itu sebagai puncak tujuan, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya. Allah akan jadikan kefakiran itu ada di depan dua matanya. Dan dunia itu tidak akan datang kepada, melainkan apa yang Allah tuliskan. Dan siapa menjadikan akhirat sebagai tujuan. Allah akan satukan urusannya. Dan Allah akan jadikan kecukupan di hatinya. Dan dunia itu akan datang kepadanya walaupun dia tidak mengharapkan.”
Hadith Sahih : Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi dan Baihaqi
Dari Abu Khalid (Hakim) bin hizam r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda , Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah maka jika benar dan jelas keduanya, diberkahi jual beli itu tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapus berkah jual beli itu."
(Bukhari - Muslim)
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash r.a. berkata: Rasulullah saw menengokku pada haji wada' dari
cekaman suatu penyakit yang hampir saja merenggut nyawaku lalu aku berkata, "Ya
Rasulullah, sebagaimana engkau lihat, penyakitku ini cukup berat sedangkan aku adalah orang
yang berharta dan tidak ada ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Bolehkah aku
bersedekah dengan dua pertiga dari hartaku?" Rasulullah saw menjawab, "Jangan" Aku
berkata, "Bagaimana kalau separuhnya?" Rasulullah menjawab, "Jangan, sepertiga saja dan
sepertiga pun sudah cukup banyak. Sesungguhnya jika eangkau tinggalkan ahli warismu dalam
keadaan kaya raya adalah lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan
kekurangan meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah engkau mengeluarkan suatu
pembelanjaan dengan menuntut keridhaan Allah melainkan engkau akan diberi pahala
karenanya hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu."
(Bukhari - Muslim)
“Sesiapa menjadikan dunia itu sebagai puncak tujuan, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya. Allah akan jadikan kefakiran itu ada di depan dua matanya. Dan dunia itu tidak akan datang kepada, melainkan apa yang Allah tuliskan. Dan siapa menjadikan akhirat sebagai tujuan. Allah akan satukan urusannya. Dan Allah akan jadikan kecukupan di hatinya. Dan dunia itu akan datang kepadanya walaupun dia tidak mengharapkan.”
Hadith Sahih : Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi dan Baihaqi
Dari Abu Khalid (Hakim) bin hizam r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda , Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah maka jika benar dan jelas keduanya, diberkahi jual beli itu tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapus berkah jual beli itu."
(Bukhari - Muslim)
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash r.a. berkata: Rasulullah saw menengokku pada haji wada' dari
cekaman suatu penyakit yang hampir saja merenggut nyawaku lalu aku berkata, "Ya
Rasulullah, sebagaimana engkau lihat, penyakitku ini cukup berat sedangkan aku adalah orang
yang berharta dan tidak ada ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Bolehkah aku
bersedekah dengan dua pertiga dari hartaku?" Rasulullah saw menjawab, "Jangan" Aku
berkata, "Bagaimana kalau separuhnya?" Rasulullah menjawab, "Jangan, sepertiga saja dan
sepertiga pun sudah cukup banyak. Sesungguhnya jika eangkau tinggalkan ahli warismu dalam
keadaan kaya raya adalah lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan
kekurangan meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah engkau mengeluarkan suatu
pembelanjaan dengan menuntut keridhaan Allah melainkan engkau akan diberi pahala
karenanya hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu."
(Bukhari - Muslim)